 Kepandaian  memang seringkali tidak berbanding lurus dengan prestasi seseorang.  Motivasi untuk berprestasilah yang lebih menentukan. Sering terjadi  seorang anak yang tidak terlalu pandai justru dapat menunjukkan prestasi  akademis lebih baik dibanding anak yang pandai. Idealnya, memang, anak  punya keduanya.
Kepandaian  memang seringkali tidak berbanding lurus dengan prestasi seseorang.  Motivasi untuk berprestasilah yang lebih menentukan. Sering terjadi  seorang anak yang tidak terlalu pandai justru dapat menunjukkan prestasi  akademis lebih baik dibanding anak yang pandai. Idealnya, memang, anak  punya keduanya.
Para orang tua di Cina dan Jepang yakin kesuksesan anak di sekolah  sangat tergantung pada ketekunan dibanding kemampuannya. Anda  sependapat? Bila ya, anda perlu mendorong anak-anak anda lebih  termotivasi dan tekun dalam melakukan sesuatu.
Berikut ini beberapa cara yang bisa anda lakukan agar buah hati Anda memiliki ketekunan:
Menciptakan Lingkungan yang Kondusif
Bayi sangat senang menguasai keterampilan baru. Lihat saja, sekali ia  berhasil membalikkan badan, ia ulang-ulang kegiatan itu. Reaksi ini  sangat alamiah. Motivasi untuk berprestasi sesungguhnya berakar sejak  awal kehidupan anak. Anda bisa membantu si kecil dengan menyediakan  mainan dan lingkungan yang mendorongnya mengembangkan diri. Kenali  keterampilan anak dan sediakan alat bermain sesuai perkembangan si  kecil.
Mengatakan Hal-hal Positif
Beberapa studi menunjukkan, anak adalah sosok optimis dalam belajar.  Bahkan tidak sedikit di antara anak-anak prasekolah yakin benar jika  sesuatu dikerjakan dengan sungguh-sungguh pasti berhasil. Memang betul,  anak terlahir sebagai sosok yang optimis! Sayang sekali, lingkungan  seringkali membuat ia frustrasi.
Misalnya, ketika oma tiba-tiba mengatakan, “Adi saja bisa menyusun balok  itu, masak kamu tidak.” Meski maksud omongan oma ingin menumbuhkan  motivasi eksternal, tapi bisa saja si kecil frustrasi. Sang cucu kecewa  karena dianggap belum memiliki keterampilan motorik halus yang cukup  untuk menyusun balok.
Umumnya, anak belum bisa membedakan penyebab mengapa ia berhasil atau  gagal melakukan satu tugas. Namun, ia tahu anak yang berusaha keras  adalah anak yang cerdas dan ia akan berhasil. Anda dapat berperan  mendukungnya dengan sabar dan sungguh-sungguh. Jika sekarang ia belum  bisa menggunting kertas dengan baik, misalnya, katakan tak perlu  khawatir agar anak yakin pasti ia segera bisa melakukannya, karena ia  akan tumbuh lebih kuat dan lebih pandai.
Memberi Pujian
Pada akhir usia dua tahun, anak mulai mengenal peran orang lain dalam  membentuk motivasinya. Oleh sebab itu, evaluasi anda atas keberhasilan  dan kegagalannya dalam melakukan sesuatu sangat mempengaruhi caranya  menguasai keterampilan baru. Namun, Anda perlu realistis. Apakah harapan  anda sesuai usia dan tahap perkembangan anak?
Selain itu, yang sangat penting, adalah memberi pujian. Beri anak pujian  jika ia berhasil melakukan sesuatu dengan baik. Sebaliknya, jika ia  tidak melakukan dengan baik, anda tak perlu mengecamnya berlebihan.  Hargai upayanya.
Mengajarkan Sesuatu Secara Bertahap
Tugas yang terlalu rumit membuat si kecil cepat frustrasi. Ajaklah anak  membagi tugasnya dalam urutan tahap. Misalnya, ketika belajar untuk  bertanggung jawab pada mainannya, ajak anak untuk bersama-sama  membereskannya setelah ia selesai bermain.
Kemudian, pada hari berbeda, ajarkan bagaimana ia merapikan mainan.  Misalnya, berdasarkan jenis, fungsi, atau warna ke dalam kotak tertentu.  Bila ia dapat menjalankan tugasnya dengan baik, jangan lupa memuji.  Selain pujian, hadiah kecil bisa anda berikan.
Melihat Halangan Sebagai Tantangan
Sebenarnya si kecil bukan sosok yang mudah frustrasi. Jika menghadapi  satu halangan, dan ia tidak bisa melewatinya dengan baik, bisa jadi ia  marah atau frustrasi. Umumnya kemarahan atau rasa frustrasi anak mudah  reda. Dalam sebuah penelitian, disimpulkan bahwa ternyata anak-anak  sangat dipengaruhi penilaian orang tentang dirinya. Di sini anda bisa  berperan mengajak si kecil melihat setiap tantangan bukan sebagai  halangan. Katakan, “Apa yang ingin kamu buat? Mau bikin bangunan kantor?  Atau mobil? Kamu pasti bisa!” Beri si kecil alternatif cara berpikir  yang bisa dilakukannya untuk memecahkan masalah.
Menumbuhkan Motivasi Internal
Seiring masuknya si kecil ke dunia yang lebih luas, pandangan orang lain  sedikit demi sedikit mempengaruhi dirinya. Jangan biarkan anak  bergantung pada pendapat orang lain mengenai dirinya. Doronglah minat  anak untuk mempelajari sesuatu dengan kegembiraannya bermain dan caranya  yang unik.
Memberi contoh
Tak ada cara yang lebih efektif untuk mengajarkan ketekunan pada si buah  hati selain memberi contoh. Lihat saja, jika ia melihat anda asyik  membaca buku, si kecil mengambil sebuah buku dan membalik-balik  halamannya meski ia belum mengenal satu huruf pun.
Ciptakanlah iklim keluarga yang menyenangkan dan mengembangkan motivasi  internal dan harga diri anak yang kuat. Jika Anda dan pasangan saling  menghargai dan saling mendorong untuk mengembangkan minat masing-masing,  si kecil pun terdorong melakukan segala hal yang menjadi minatnya  dengan tekun
sumber : http://jelajahunik.blogspot.com/2011/05/7-kiat-membiasakan-anak-tekun.html

 
 Postingan
Postingan
 
 
 
 
 


0 komentar:
Posting Komentar